Kredit yang Disalurkan BRI

Pada 2017, BRI menyalurkan kredit sebesar Rp739,34 triliun, meningkat 11,44% dibanding 2016 yang sebesar Rp663,42 triliun. Pertumbuhan kredit mayoritas terjadi di segmen mikro dan usaha kecil yang masing-masing tumbuh Rp28 triliun dan Rp16,8 triliun. Pertumbuhan di segmen tersebut sejalan dengan komitmen BRI untuk memajukan usaha mikro dan kecil sekaligus meningkatkan layanan keuangan yang inklusif (financial inclusion).

Penyaluran kredit di segmen mikro salah satunya ditopang oleh kredit KUR sebagai komitmen BRI dalam mendukung program pemerintah untuk pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Total penyaluran KUR BRI tahun 2017 sebesar Rp71 triliun. Dengan penyaluran tersebut outstanding kredit KUR mikro tahun 2017 menjadi Rp59,24 triliun dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp51 triliun (naik Rp8,25 triliun). Sedangkan outstanding kredit KUR ritel tahun 2017 naik Rp3,77 triliun menjadi Rp9,7 triliun pada tahun 2017.

Pertumbuhan kredit UMKM yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit korporasi membuat komposisi kredit UMKM pada tahun ini sebesar 73,9% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 72,5%. Hal ini sejalan dengan strategi BRI untuk fokus kembali ke kredit UMKM.

 

Kredit yang Disalurkan berdasarkan mata uang (Rp juta)

 Segmen 2015 2016 2017 Growth (%)
2015-2016 2016-2017
Mikro 188.428.179 221.802.205 252.850.654 17,71 14,00
  Rupiah 188.428.179 221.802.205 252.850.654 17,71 14,00
  Valas
Ritel 219.785.772 244.880.936 278.706.760 11,42 13,81
  Rupiah 212.380.275 235.956.203 268.647.286 11,10 13,85
  Valas 7.405.497 8.924.733 10.059.474 20,51 12,71
Korporasi 156.266.587 176.787.834 187.425.254 13,13 6,02
  Rupiah 105.359.977 127.418.845 126.119.681 20,94 (1,02)
  Valas 50.906.610 49.368.989 61.305.573 (3,02) 24,18
Total Kredit Non Pembiayaan dan Piutang Syariah 564.480.538 643.470.975 718.982.668 13,99 11,74
  Rupiah 506.168.431 585.177.253 647.512.256 15,61 10,65
  Valas 58.312.107 58.293.722 71.470.142 (0,03) 22,6
Pembiayaan dan Piutang Syariah 16.614.006 17.748.943 17.864.869 6,83 0,65
Piutang Sewa Pembiayaan 2.200.300 2.488.983 13,12
Total Kredit yang disalurkan 581.094.544 663.420.218 739.336.520 14,17 11,44
CKPN 17.514.435 22.806.452 30.104.137 30,22 32,00
Total Kredit yang Disalurkan dikurangi CKPN 563.580.109 640.613.766 709.232.383 13,67 10,71

 

Kredit yang Disalurkan Berdasarkan Jenis (Rp juta)

 Segmen 2015 2016 2017 Growth (%)
2015-2016 2016-2017
Kupedes  178.759.239 211.417.693 239.446.222 18,27 13,26
Modal Kerja  181.546.071 186.324.358 206.806.224 2,63 10,99
Konsumer 89.621.859 101.031.288 115.320.021 12,73 14,14
Investasi 88.058.790 114.261.862 126.173.046 29,76 10,42
Program 7.064.037 10.547.008 15.132.136 49,31 43,47
Sindikasi 19.384.044 19.845.592 16.066.562 2,38 (19,04)
Karyawan Kunci 46.498 43.174 38.457 (7,15) (10,93)
Pembiayaan dan Piutang Syariah 16.614.006 17.748.943 17.864.869 6,83 0,65
Piutang Sewa Pembiayaan 2.200.300 2.488.983 13,12
Total Kredit yang disalurkan 581.094.544 663.420.218 739.336.520 14,17 11,44
CKPN 17.514.435 22.806.452 30.104.137 30,22 32,00
Total Kredit yang Disalurkan dikurangi CKPN 563.580.109 640.613.766 709.232.383 13,67 10,71

 

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dilakukan
dengan pendekatan penentuan penilaian secara individual impairment dan collective impairment. CKPN dihitung sebagai individual impairment untuk kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan yaitu di atas Rp5 miliar dan memiliki bukti obyektif penurunan nilai atau kredit individual yang direstrukturisasi. Sedangkan collective impairment diimplementasikan untuk kredit yang memiliki nilai diatas Rp5 miliar tetapi tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai, kredit yang secara individual dibawah Rp5 miliar dan kredit yang direstrukturisasi dengan nilai dibawah Rp5 miliar.

Membaiknya kondisi ekonomi sejak tahun 2017 yang ditandai dengan peningkatan harga komoditas dan kenaikan pertumbuhan ekonomi nasional diharapkan bisa menurunkan NPL BRI di masa mendatang. CKPN dibentuk untuk menutup kerugian akibat terjadinya penurunan nilai kredit.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) naik 32% lebih tinggi dari tahun 2016 yang hanya tumbuh 30,22% karena kenaikan NPL dari 2,13% pada tahun 2016 menjadi 2,23% pada tahun 2017 sehingga menaikan Rasio Penutupan Atas Kredit Bermasalah (NPL Coverage Ratio) dari 156,76% pada tahun 2016 menjadi 178,84% pada tahun 2017 untuk kredit yang disalurkan (termasuk piutang syariah dan pembiayaan).

BRI menjaga kualitas kredit dengan meningkatkan manajemen risiko di proses penyaluran kredit serta melakukan proses restrukturisasi kredit yang bermasalah. Dengan membaiknya kondisi ekonomi sejak tahun 2017 yang ditandai dengan peningkatan harga komoditas dan kenaikan pertumbuhan ekonomi nasional, diharapkan bisa menurunkan NPL BRI di masa mendatang. CKPN yang telah dibentuk ini ditujukan untuk menutup kerugian akibat terjadinya penurunan nilai kredit.

Selain membentuk CKPN yang memadai, BRI juga melakukan mitigasi risiko kredit dengan memperhitungkan keberadaan agunan, garansi, penjaminan atau asuransi kredit. BRI memperhitungkan agunan sebagai arus kas masa datang apabila kredit bersifat collateral
dependent atau pelunasan kredit berasal dari agunan atau pengambilalihan agunan kemungkinan besar terjadi dan didukung dengan perjanjian legal atas pengikatan agunan. BRI telah memiliki prosedur untuk memastikan eksekusi agunan, jaminan atau asuransi kredit dilakukan dalam jangka waktu yang wajar. Dalam menetapkan nilai agunan, BRI menggunakan nilai yang lebih rendah di
antara nilai pengikatan agunan dengan nilai wajar atau nilai pasar agunan. Penilaian kembali nilai wajar atau nilai pasar agunan dilakukan secara berkala.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *