Perseroan berhasil mencatatkan pendapatan gemilang sebesar Rp19,47 triliun atau tumbuh sebesar 38,5% dari Rp14,06 triliun pada tahun 2016.
Para pemegang saham dan pemangku kepentingan yang terhormat,
Tahun 2017 menjadi momentum bagi kebangkitan usaha Perseroan. Perbaikan lingkungan ekonomi global di mana investasi dan harga komoditas meningkat signifikan, menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri serta memberikan dampak merata di semua sektor industri, termasuk mineral dan batubara. Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia menunjukkan tren pemulihan yang positif sebesar 5,06%, meningkat sekitar 0,5% dari tahun 2016 sebesar 5,01%.
Meski pencapaian tersebut masih di bawah proyeksi awal tahun sebesar 5,2%, namun peningkatan di sisi investasi dan aktivitas ekspor yang signifikan tetap perlu diapresiasi setinggi-tingginya. Didukung oleh kenaikan harga komoditas batubara di lingkup global, pada tahun 2017 ini Perseroan bersyukur mampu menutup tahun dengan pencapaian membanggakan. Oleh karenanya, suatu kehormatan bagi saya atas nama Direksi untuk menyajikan Laporan Tahunan PT Bukit Asam Tbk untuk tahun buku 2017.
MELANJUTKAN TREN PEMULIHAN EKONOMI GLOBAL
Hingga tahun 2017, tren perbaikan ekonomi global tercatat masih terus berlanjut. Setelah tahun lalu pertumbuhan ekonomi beranjak ke arah yang lebih positif meski perlahan, tahun 2017 ini Bank Dunia melalui Indonesia Economic Quarterly menyebutkan bahwa pertumbuhan tersebut tercatat semakin solid. Terdapat dua komponen yang mendukung pertumbuhan tersebut, yakni rebound investasi dan peningkatan aktivitas manufaktur.
Pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan negara Kawasan Eropa lainnya ikut melatarbelakangi tren pemulihan ekonomi global. Di antara negara-negara besar, Amerika Serikat mengalami pertumbuhan tertinggi dengan angka 3,3% (qoq saar) dari tingkat sebelumnya sebesar 3,1%.
Sementara itu Kawasan Eropa tetap bertahan di angka 2,5%, dan Jepang melambat pada Triwulan ke-3 menjadi 1,4%. Pemulihan terus dilanjutkan dengan penilaian dari sisi perdagangan global. Global Economic Prospects milik World Bank menyebutkan, tahun 2017 merupakan momentum bagi kebangkitan interaksi perdagangan internasional. Latar belakang peningkatan ini didorong oleh penguatan investasi di negara-negara maju, meningkatnya arus perdagangan ke dan dari Tiongkok, serta meningkatnya permintaan impor dari pasar ekspor yang mengekspor komoditi dari negara-negara berkembang.
OPTIMISME KEBANGKITAN EKONOMI NASIONAL
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 tercatat cukup optimis, terutama jika dibandingkan tiga tahun terakhir. Badan Pusat Statisik mengungkapkan pertumbuhan rata-rata ekonomi Indonesia sampai dengan Triwulan III berhasil menapaki angka 5,06% meningkat 0,5% dibanding tahun 2016 di periode yang sama.
Tren perbaikan ekonomi ini tercermin dari pertumbuhan PDB riil yang diperkirakan sedikit meningkat menjadi 5,1% pada tahun 2017 dan akan terus menguat menjadi 5,3% pada 2018. Hal ini didorong oleh berlanjutnya pertumbuhan investasi yang tinggi, peningkatan konsumsi yang tidak terlalu namun cenderung kontinyu, naiknya harga komoditas serta tingkat ekspor yang melonjak.
Beberapa komoditas ekspor utama dalam negeri yang sedang menjadi primadona aktivitas perdagangan saat ini di antaranya ialah minyak mentah, minyak kelapa sawit mentah (CPO), karet, batubara dan logam dasar, yang umumnya meningkat di Triwulan ke-3. Berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh sebesar 3,6% dan ratarata pertumbuhan di negara-negara berkembang akan tumbuh sebesar 4,8%. Satu hal menarik dari proyeksi tersebut adalah bahwa dalam jangka panjang, PwC Indonesia telah memperkirakan bahwa pada tahun 2042 perekonomian dunia akan tumbuh berlipat ganda dengan tingkat pertumbuhan nyata rata-rata per tahun sekitar 2,5% antara tahun 2016 dan 2050. Pertumbuhan ini akan didorong sebagian besar oleh pasar negara berkembang yang baru dan negara-negara tengah berkembang, dengan negara ekonomi E7 seperti Brazil, Tiongkok, India, Indonesia, Meksiko, Rusia dan Turki yang mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 3,5% selama 34 tahun ke depan, dibandingkan hanya sekitar 1,6% untuk negara maju G7 seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS.
Meski proyeksi tersebut masih cukup jauh dari saat ini, namun saat ini Indonesia tetap memiliki kans untuk ikut berperan serta dalam pertumbuhan ekonomi global, terutama disebabkan harga komoditas yang meningkat dan tingkat inflasi yang cenderung terjaga.
INDUSTRI BATUBARA DARI KACAMATA GLOBAL DAN NASIONAL
Dari analisis yang dilakukan oleh Newcastle, harga batubara pada periode Oktober – Desember 2017 cenderung menguat. Secara rata-rata, harga batubara Newcastle periode Oktober-Desember 2017 ialah sebesar USD 98,19/mt, naik 3,08% dibandingkan harga rata-rata periode yang sama tahun lalu.
Australia, sebagai supplier terbesar batubara dunia tercatat mengalami penurunan produksi. Turunnya produksi supply ini diakibatkan oleh aksi mogok kerja yang digelar oleh para pekerja Pacific National. Sementara itu dari sisi nasional, tren harga batubara thermal Indonesia menurut Indonesia Coal Index terus menunjukkan tren kenaikan.
Harga rata-rata ICI-3 (5000 GAR) pada periode Oktober – Desember 2017 sebesar USD 66.60/mt, naik 4,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Harga Acuan Batubara yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Minerba juga diperkirakan terus meningkat, terlebih dengan meningkatnya geliat investasi baik dalam dan luar negeri.
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN
Kinerja Operasional 2017
Di tahun 2017 Perseroan berhasil merealisasikan produksi dan pembelian batubara sebesar 24.610.467 ton atau 118% dari realisasi tahun 2016 sebesar 20.822.247 ton yang terdiri dari produksi sebesar 24.245.798 ton atau 124% dari realisasi tahun 2016 sebesar 19.623.889 ton dan pembelian batubara sebesar 364.669 ton atau 30% dari realisasi tahun 2016 sebesar 1.198.358 ton.
Selain itu dari pos operasional angkutan batubara, Angkutan Kereta Api pada tahun 2017 terealisasi sebesar 21.363.330 ton atau 121% dari realisasi di tahun 2016 sebesar 17.720.827 ton.
Dari segmen penjualan, Perseroan merealisasikan penjualan batubara sebesar 23.627.875 ton atau 114% dari realisasi tahun 2016 sebesar 20.753.167 ton yang terdiri dari penjualan domestik sebesar 14.386.772 ton atau 117% dari realisasi tahun 2016 sebesar 12.267.446 ton dan penjualan ekspor sebesar 9.241.103 ton atau 109% dari realisasi tahun 2016 sebesar 8.485.700 ton.
Kinerja Finansial 2017
Dari sisi finansial, Perseroan berhasil mencatatkan pendapatan gemilang sebesar Rp19,47 triliun atau tumbuh sebesar 38,50% dari Rp14,06 triliun pada tahun 2016.
Laba usaha Perseroan pada tahun 2017 juga meningkat tajam hingga 133,07% dari Rp2,53 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp5,90 triliun pada tahun 2017. Secara paralel, peningkatan juga terjadi pada pos laba bersih sebesar 123,13% atau meningkat dari Rp2,01 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp4,48 triliun pada tahun 2017.
Sementara itu, jumlah aset juga mengalami peningkatan menjadi Rp21,99 triliun di tahun 2017 atau meningkat sebesar 18,36% dari Rp18,58 triliun di tahun 2016.
MENGHADAPI TANTANGAN DENGAN STRATEGI
Meski tren pemulihan harga batubara masih terjadi pada tahun 2017, namun harganya yang fluktuatif masih menjadi tantangan Perseroan pada tahun-tahun selanjutnya. Agar mampu bertahan di tengah tantangan bisnis tersebut dan tetap memberikan kontribusi bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan, maka langkah pertama yang diambil oleh Perseroan ialah dengan mendorong efisiensi.
Selain itu, tantangan lainnya ialah pertumbuhan kebutuhan batubara dalam negeri yang tidak terlalu signifikan akibat banyaknya kendala dalam proyek-proyek kelistrikan. Tantangan lain yang dihadapi oleh Perseroan terletak pada faktor ketergantungan logistik yang sangat tinggi. Keterbatasan Perseroan untuk mengangkut hasil produksinya dari Tanjung Enim ke Pelabuhan Tarahan dan Dermaga Kertapati menjadi isu yang sangat penting yang terutama berkaitan dengan kinerja penjualan Perseroan sebagai hasil akhir. Salah satu hal yang menjadi strategi Perseroan untuk menjawab tantangan ini adalah melalui peningkatan sinergi dengan Kereta Api Indonesia (Persero) yang antara lain diwujudkan dengan pembangunan double track
Terkait bergabungnya Perseroan ke dalam Holding BUMN Pertambangan yang diinduki oleh PT Inalum (Persero), Perseroan difokuskan kepada upaya strategi dan diversifikasi, sehingga untuk ke depannya Perseroan tidak hanya lagi bergantung pada industri, tetapi hasil mineral lainnya.
PERKEMBANGAN PENERAPAN GCG
Dalam rangka memperkuat implementasi Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Direksi senantiasa melaksanakan perencanaan yang terukur dan tertuang dalam Road Map GCG serta melakukan kegiatan evaluasi untuk menilai sejauh mana efektivitas penyelenggaraan GCG di lingkungan Perseroan dan hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian. Sepanjang 2017, Perseroan telah menunjukan perkembangan implementasi GCG ke arah yang membanggakan dibandingkan dengan tahun 2016.
Perseroan telah melakukan perbaikan-perbaikan pada area of improvement berdasarkan hasil evaluasi atas penilaian penerapan GCG sebelumnya juga dengan merujuk pada pedoman penerapan GCG dan Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN. Hasil dari peningkatan implementasi GCG di lingkungan Perseroan tercermin pada hasil asesmen GCG yang dilakukan di tahun 2017 di mana Perseroan memperoleh skor GCG sebesar 90,88 dengan peringkat “Sangat Baik”.
Dari rincian penilaian implementasi GCG di lingkungan Perseroan, perolehan poin pada 3 (tiga) organ utama yaitu RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi serta penerapan GCG pada setiap jajaran Perseroan tercatat seimbang dan tidak terjadi adanya disparitas dalam pengimplementasian GCG di tiap jenjangnya. Hal tersebut membuktikan bahwa Perseroan berupaya sebaik mungkin melakukan internalisasi nilai serta prinsip GCG secara menyeluruh dari tingkatan teratas sampai dengan terbawah. Direksi terus mendorong terpenuhinya best practice GCG agar hal tersebut menjadi budaya bagi setiap insan Perseroan khususnya dalam mempersiapkan diri meraih target jangka panjang Perseroan.
PERUBAHAN KOMPOSISI DIREKSI
Pada tahun 2017, telah terjadi perubahan dalam komposisi anggota Direksi Perseroan seiring dengan bergabungnya Orias Petrus Moedak, Fuad Iskandar Zulkarnain dan Adib Ubaidillah ke dalam jajaran Direksi. Kehadiran sosok-sosok tersebut diharapkan mampu memberikan nilai tambah kepada kapabilitas dan pengalaman yang dimiliki jajaran Direksi.
Di sisi lain, kami juga ingin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Achmad Sudarto, Arie Prabowo Ariotedjo, dan Anung Dri Prasetya atas kontribusi yang telah diberikan selama menjabat sebagai anggota Direksi. Atas perubahan komposisi tersebut, maka susunan anggota Direksi Perseroan hingga akhir 2017 adalah sebagai berikut:
- Arviyan Arifin sebagai Direktur Utama
- Orias Petrus Moedak sebagai Direktur Keuangan
- Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin sebagai Direktur Pengembangan Usaha
- Adib Ubaidillah sebagai Direktur Niaga
- Suryo Eko Hadianto sebagai Direktur Operasi dan produksi
- Joko Pramono sebagai Direktur SDM dan Umum
APRESIASI
Dengan berakhirnya Laporan Manajemen ini, kami selaku Direksi menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemegang Saham dan seluruh Pemangku Kepentingan atas kepercayaan, masukan dan saran dalam rangka mengembangkan kegiatan bisnis Perseroan baik di tahun buku 2017 maupun untuk tahun-tahun yang akan datang. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh jajaran Dewan Komisaris yang secara efektif melakukan proses check and balances melalui pengawasan serta pemberian saran dalam rangka terwujudnya pengelolaan Perseroan yang tepat sesuai dengan regulasi dan standar yang berlaku.
Atas nama Direksi
Arviyan Arifin
Direktur Utama