Berbagai tantangan selama 2017 mampu dihadapi dengan baik, dan hal itu tercermin dari pencapaian beberapa indikator kinerja keuangan yang tumbuh diatas rata-rata industri. BRI mampu membukukan laba terbesar di industri perbankan. Kedepan, strategi berkelanjutan akan difokuskan kepada peningkatan kinerja dan daya saing melalui peningkatan kualitas human capital, inovasi produk dan layanan berbasis teknologi (digital).
Assalammu’alaikum Wr Wb,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kita semua kekuatan untuk melewati perjalanan di tahun 2017. BRI telah berupaya dan berhasil menunjukkan kinerja yang baik di tahun 2017 dengan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh setiap pemangku kepentingan serta meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Pencapaian ini akan semakin memperkokoh pengembangan bisnis BRI yang berkelanjutan. Pada kesempatan ini, izinkan kami menyampaikan ringkasan kinerja BRI tahun 2017.
Kondisi Makro Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menunjukkan Peningkatan
Pada tahun 2017 perekonomian global terus mengalami cyclical recovery secara menyeluruh. Pertumbuhan global didorong oleh menguatnya aktivitas perdagangan dunia, membaiknya trend investasi dan meningkatnya aktivitas produksi. Trend tersebut diperkirakan tetap berlanjut
hingga tahun 2018.
Harga komoditas yang lebih baik juga turut mendorong pertumbuhan negara pengekspor komoditas, sehingga kondisi ekonomi global yang menguntungkan telah berhasil mengangkat perekonomian Indonesia, terutama melalui investasi dan ekspor. Pasar uang tetap menunjukkan yield yang menarik di tengah membaiknya prospek pertumbuhan global dan ekspektasi suku bunga yang rendah.
Cyclical recovery ekonomi global dimulai sejak pertengahan tahun 2016, dan terus berlanjut sampai
tahun 2017. Di antara ekonomi negara maju, Amerika Serikat menunjukan trend yang naik dan Euro Area tetap tumbuh kuat. Pertumbuhan di Jepang mengalami perlambatan pada Q3 sebesar 1,4% setelah tumbuh 2,6% pada Q2, menandai kuartal ketujuh berturut-turut ekspansi-periode terpanjang pertumbuhan positif sejak 2001. PDB Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang pesat menjadi 2,6% YoY dari 1,6% YoY pada tahun 2016. Sementara, PDB Euro Area juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,5% YoY. Pertumbuhan ekspor dunia naik dari 7,4% YoY di Q3 menjadi 8,2% YoY pada bulan November, yaitu merupakan tingkat tertinggi sejak Q1 2011.
Kinerja Ekspor Membaik
Selama tahun 2017, perekonomian nasional relatif lebih baik dari pada tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan 2017 mencapai 5,07% didorong oleh meningkatnya pertumbuhan investasi, baik investasi pemerintah maupun swasta, dan terjaganya konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar terhadap PDB sebesar 56,1%.
Beberapa indikator makro ekonomi yang menguat adalah tingkat inflasi yang terjaga, neraca transaksi berjalan pada tingkat yang sehat, aliran masuk modal asing stabil, nilai tukar yang terkontrol, serta cadangan devisa yang meningkat.
Perbaikan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara meningkatkan volume perdagangan ekspor dan impor global, termasuk Indonesia. Tahun 2017, pertumbuhan ekspor Indonesia dapat mencapai sekitar 17% sedangkan Impor tumbuh mencapai sekitar 16%. Namun demikian, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada kondisi
perekonomian nasional.
Kinerja Perbankan Nasional
Kualitas Kredit Perbankan Membaik
Selama tahun 2017, perkembangan kondisi industri perbankan cukup dinamis. Bank Indonesia telah
memangkas suku bunga acuannya, 7-day reverse repo rate, 2 (dua) kali pada bulan Agustus dan September. Langkah BI ini dapat dilakukan karena tingkat inflasi yang rendah dan defisit transaksi berjalan yang terjaga.
Penurunan suku bunga acuan tersebut turut menurunkan suku bunga rata-rata kredit modal kerja dan kredit investasi sebesar 67 dan 65 bps selama tahun 2017 dan kredit konsumer menurun sebesar 94 bps. Sedangkan, pertumbuhan dana pihak ketiga menurun, tercatat 9,35% YoY, sedikit dibawah pertumbuhan pada 2016 sebesar 9,60%. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit industri perbankan dapat mencapai 8,24% YoY, meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar 7,87% YoY. Hal ini senada dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tercatat stagnan di kisaran 4.95%.
Diperkirakan, kondisi tersebut disebabkan oleh turunnya daya beli di segmen ekonomi bawah karena pengurangan subsidi energi yang terjadi di tahun 2016. Selain itu, stabilitas industri perbankan terjaga dengan pencapaian 2 (dua) indikator penting kesehatan bank yaitu tingkat Non-Performing Loans (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Sepanjang tahun 2017, NPL mencapai puncaknya pada bulan Februari, atau sebesar 3,16% dan terus membaik hingga akhir tahun pada tingkat 2,59%, sedangkan rasio kecukupan modal (CAR) dapat dijaga pada kisaran 23%.
Analisis Kinerja Perusahaan Tahun 2017
Kebijakan Strategis
Pertumbuhan yang Solid Didukung oleh Bisnis Mikro dan Ritel
Dengan berbagai tantangan selama tahun 2017 tersebut, BRI masih mencatatkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri perbankan. Hal ini disebabkan oleh disiplin alokasi aset BRI untuk segmen Bisnis Mikro dan Ritel sebagai penopang utama profitabilitas BRI. Selama tahun 2017, total pinjaman Mikro BRI tumbuh 14,0% YoY mencapai Rp252,8 triliun sehingga komposisinya terhadap total pinjaman BRI naik dari 34,9% menjadi 35,7%. Demikian pula untuk segmen Bisnis Ritel yang tumbuh 13,8% YoY atau mencapai Rp270,6 triliun sehingga komposisinya mencapai 38,2% dari total pinjaman BRI. Kinerja tersebut turut di apresiasi oleh Bank
Indonesia, sehingga BRI mendapat penghargaan sebagai Bank Pendukung UMKM Terbaik 2017 untuk kategori Buku III dan BUKU IV.
Mempersiapkan implementasi Transformasi BRI “from Good to Great”
Sesuai rencana jangka panjang BRI 2018-2022, BRI berencana untuk mencapai “The Most Valuable Bank and Home to the Best Talents”. Untuk itu, di tahun 2017, BRI telah memulai tahapan awal implementasi transformasi dengan melakukan sosialisasi kepada segenap pemangku kepentingan agar proses transformasi dapat berjalan dengan lancar. Proses sosialisasi ini dilakukan oleh seluruh anggota pengurus, yang menunjukkan komitmen terhadap terlaksananya strategi transformasi BRI “from Good to Great” untuk tahun 2018 hingga 2022.
Transformasi tersebut mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
- CASA: fokus pertumbuhan pendanaan yang bersumber dari dana murah atau CASA
- Consumer Focus: fokus pada perbaikan kualitas pelayanan nasabah dengan menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi
- Credit Excellence: memperkuat kapabilitas Manajemen Risiko disemua segmen
- Capabilities: meningkatkan produktivitas Human Capital melalui optimalisasi teknologi digital dan data analytic
- Culture: membangun budaya kerja berbasis kinerja (performance driven culture)
Meningkatkan Efisiensi dengan Mengoptimalkan Teknologi
Selain sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan, proses transformasi tersebut telah mulai dilakukan di tahun 2017 dengan digitalisasi bisnis proses prakarsa pinjaman Mikro komersial yang baru yang telah diujicobakan, yaitu BRISPOT.
BRISPOT menggunakan sistem berbasis Android dan koneksi melalui internet, sehingga memungkinan putusan pinjaman untuk dilakukan di tempat. Dengan implementasi sistem BRISPOT tersebut, turn-around-time prakarsa pinjaman turun dari 3 (tiga) hari untuk pinjaman baru menjadi 2 (dua) hari, sedangkan untuk nasabah eksisting, pinjaman baru bisa diputus di hari yang sama.
Kedepan, perbaikan disisi bisnis proses ini akan terus dilanjutkan dengan pengembangan disisi credit scoring dan diikuti pengembangan lainnya untuk segmen Bisnis Ritel. Dengan kecepatan putusan pinjaman yang meningkat dan proses administrative (back-office) yang berkurang, diharapkan produktivitas Human Capital akan meningkat.
Selama tahun 2017, BRI tidak melakukan penambahan pegawai maupun Unit Kerja Operasional yang signifikan, sehingga produktivitas dari sisi laba per-pekerja naik dari Rp276 juta di tahun 2016 ke Rp306 juta di tahun 2017 atau naik 10,9% YoY. Selain itu, dari sisi employee engagement, 71,9% pekerja BRI menyatakan engaged dan 90% pekerja menyatakan puas bekerja di BRI. Kedepan, BRI akan mempertahankan strategi untuk memaksimalkan produktifitas dengan mengoptimalkan teknologi digital dan kemampuan data analytics.
Menjaga Komitmen dalam Mendukung Perekonomian Bangsa
Komitmen BRI dalam membangun perekonomian bangsa tidak perlu diragukan lagi. Selama tahun 2017, BRI telah menyalurkan pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) sebesar Rp69,4 triliun, yang saat ini dinikmati oleh 5,1 juta nasabah. Pinjaman KUR tersebut turut mendukung strategi pemerintah dalam memberdayakan usaha mikro dan kecil, dimana 40% penyaluran KUR di tahun 2017
ditujukan untuk usaha produktif.
BRI juga turut mendukung program pemerintah dibidang penyaluran subsidi non-tunai melalui berbagai program seperti Kartu Tani, Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar dan Tabungan Pelajar. Kontribusi BRI dalam keterlibatan program pemerintah tersebut juga
memberikan imbal balik yang positif terhadap kinerja seperti terlihat dari peningkatan pertumbuhan total dana Tabungan BRI.
Selain penyaluran program KUR dan subsidi non-tunai, BRI juga terus mempercepat proses financial inclusion untuk segmen un-banked dengan mengakselerasi akuisisi agen BRILink (Branchless Banking Agent). Saat ini BRI memiliki 279.750 agen yang semuanya berasal dari nasabah Pinjaman ataupun Simpanan. Pemilihan agen sangat diperhatikan karena kualitas layanan agen merupakan representasi BRI dalam melayani nasabah, serta produktivitas agen akan turut menunjang kinerja keuangan BRI. Produktivitas agen BRILink ditunjukkan dari kenaikan nominal transaksi sebesar 114,2% YoY dari Rp139,1 triliun di tahun 2016 menjadi Rp298,0 triliun di tahun 2017. Kedepan, optimalisasi agen BRILink ini diharapkan akan terus mendorong efisiensi operasional BRI sehingga akan menunjang profitabilitas yang berkelanjutan.
Kinerja Perusahaan Anak
BRI memandang perusahaan anak sebagai salah satu pilar penggerak pertumbuhan perusahaan. Pada tahun 2017, BRI fokus mengembangkan bisnis perusahaan anak guna menciptakan sinergi dalam mewujudkan Grup BRI sebagai Integrated Financial Services. Komitmen BRI dalam mengembangkan bisnis perusahaan anak juga ditunjukkan dengan penambahan modal sebesar
Rp873,23 miliar pada Juli 2017.
Sinergi bisnis dengan perusahaan anak diciptakan melalui kerja sama baik dalam program pembiayaan, pemasaran maupun optimalisasi infrastruktur, jaringan kerja dan Human Capital. Sinergi tersebut menghasilkan kenaikan kontribusi Laba anak perusahaan terhadap kinerja perusahaan secara konsolidasi, yaitu mencapai 2,0% dari tahun sebelumnya sebesar 1,8%.
Kinerja yang baik ditunjukkan oleh BRI Life dengan pertumbuhan laba sebesar 53% YoY, mencapai Rp327,7 miliar dengan tingkat Risk Based Capital (RBC) mencapai 301,15% dan ROE 17,30%.
Sementara itu, BRI Finance yang baru bergabung pada tahun 2016 juga menunjukkan perbaikan kinerja yang ditunjukkan dengan penurunan Non Performing Finance (NPF) menjadi 4,24% dari tahun sebelumnya sebesar 9,90% dan pencapaian Laba Bersih setelah pajak sebesar Rp51,07 miliar. Sedangkan di bisinis perbankan konvensional, BRI Agro menyumbang laba konsolidasi sebesar Rp140,5 miliar.
Pengembangan Bisnis Perbankan Syariah
Kinerja perusahaan anak yang bergerak di industri perbankan syariah yaitu BRI Syariah menunjukkan kinerja yang positif dengan peningkatan aset sebesar 13,9% YoY mencapai Rp31,5 triliun dan laba sebesar Rp105,2 miliar. Namun pencapaian kinerja yang baik tersebut tidak lepas dari tantangan yang dihadapi. Kinerja BRI Syariah masih mengalami tekanan pada kualitas kredit, sehingga BRI Syariah memilih untuk fokus pada pertumbuhan yang selektif dan perbaikan kualitas kredit.
Realisasi Target
Secara umum, target-target yang telah ditetapkan pada awal tahun 2017 mampu dicapai dengan baik melalui peningkatan kinerja pertumbuhan laba bersih setelah pajak sebesar 10,5% serta diiringi dengan pencapaian target Non Performing Loan sebesar 2,1%.
Perbandingan Hasil yang Dicapai dengan yang Ditargetkan (Angka Bank Saja)
Kinerja | Target 2017 | Realisasi 2017 | Pencapaian | Keterangan |
Outstanding Pinjaman | 715.294 | 708.001 | 99,0% | Dibawah target |
LDR | 90,88% | 88,13% | 103,1% | Melampaui target |
Marjin Bunga Bersih (NIM) | 7,85% | 7,9% | 101,0% | Melampaui target |
CER | 43,24% | 41,2% | 105,0% | Melampaui target |
NPL Gross | 2,11% | 2,1% | 100,5% | Melampaui target |
Laba Bersih Setelah Pajak | 27.755 | 28.469 | 102,6% | Melampaui target |
Pada tahun 2017, BRI berhasil mencapai laba bersih sebesar Rp28,5 triliun, atau 102,6% dibandingkan target 2017 sebesar Rp27,8 triliun. Keberhasilan ini terutama ditunjang oleh terjaganya tingkat marjin bunga bersih, peningkatan efisiensi operasional, dan terjaganya pertumbuhan pendapatan non-bunga.
Terjaganya marjin bunga bersih terutama didorong oleh penurunan biaya dana dari 3,83% di 2016 menjadi 3,27% di 2017 atau turun 56bps seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50bps pada bulan Agustus dan September lalu. Selain itu, komponen asset yield juga terbantu oleh perubahan komposisi pinjaman ke arah Mikro dan Ritel.
Peningkatan efisiensi yang dicapai di tahun 2017 terutama didorong oleh turunnya pertumbuhan beban operasional lainnya yang hanya mencapai 9,9% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata (CAGR) 3 (tiga) tahun sebesar 17,4%. Hal ini dikarenakan selama tahun 2017, BRI tidak agresif dalam melakukan penambahan Unit Kerja Operasional yang sejalan dengan strategi BRI untuk mengoptimalkan peran teknologi digital dalam mempercepat dan
mempermudah operasional perbankan.
Disisi pendapatan non-bunga, BRI berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,1% YoY atau mencapai Rp18,7 triliun. Pertumbuhan ini disebabkan oleh naiknya rasio recovery rate dari 52,8% di tahun 2016 menjadi 53,1% di tahun 2017. Kenaikan recovery rate tersebut terutama disumbang oleh peningkatan recovery income di segmen Mikro yang didorong oleh keberhasilan program
akselerasi peningkatan kinerja recovery rate di triwulan 4 tahun 2017.
Kendala yang Dihadapi
Pertumbuhan pinjaman tercapai sedikit dibawah target yang disebabkan oleh strategi jangka panjang BRI untuk tidak agresif di segmen Korporasi serta lemahnya permintaan kredit, terutama kredit investasi. Lemahnya permintaan kredit investasi disebabkan oleh nasabah Korporasi yang cenderung untuk mengakses langsung sumber pembiayaan pasar modal seiring dengan
perbaikan credit rating Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dari peningkatan pembiayaan melalui pasar keuangan, seperti penerbitan saham, obligasi, dan medium term notes (MTN), yang tumbuh tinggi hingga mencapai 29,7% (yoy) per November 2017. Kedepan, dengan membaiknya kondisi perekonomian, baik gobal maupun domestik, alternatif pembiayaan akan semakin beragam sehingga menciptakan tantangan bagi industri perbankan.
Prospek Usaha
Sejalan dengan membaiknya ekonomi domestik yang didukung oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi global serta tingkat loan to GDP Indonesia yang dibawah 40%, prospek Bisnis UMKM di Indonesia masih cukup besar. Sehinga BRI meyakini bahwa prospek bisnis perbankan di tahun 2018 akan membaik.
Rangkaian peristiwa yang akan berlangsung di Indonesia di tahun 2018, diantaranya Pilkada di daerah Jawa, Asian Games, dan World Bank Annual Meetings juga berpotensi meningkatkan permintaan kredit modal kerja. Namun permintaan kredit konsumsi diperkirakan masih akan dibayangi dengan kondisi wait-and-see dari nasabah segmen ekonomi menengah. Menyambut potensi tersebut, BRI terus melakukan persiapan untuk menjadi ”Leading MSME and Operational Excellence Through Digital Banking” di tahun 2018. Untuk itu, BRI fokus dalam mengembangkan digitalisasi bisnis proses kredit serta layanan berbasis teknologi digital lainnya, baik di segmen Ritel maupun Korporasi.
Strategi pengembangan bisnis di tahun 2018 masih akan dititikberatkan kepada segmen Bisnis Mikro dan Ritel dengan optimalisasi pemasaran pada produk unggulan seperti Kupedes, Briguna dan KPR. Optimisme tersebut didukung oleh kebijakan ekonomi Pemerintah terkait pengembangan sektor usaha Mikro seperti terlihat dari peningkatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh
BRI dari Rp69 triliun di tahun 2017, menjadi Rp79 triliun di tahun 2018.
Fokus penyaluran kredit terutama di segmen Konsumer dan Mikro tersebut diharapkan akan diimbangi dengan kemampuan BRI dalam menjaga pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui strategi pemasaran yang efektif untuk produk unggulan Simpedes dan Britama. Peningkatan porsi APBN untuk subsidi non-energi dan pos transfer dana ke daerah, juga diharapkan akan menyumbang pertumbuhan Simpanan di segmen Mikro seperti yang terlihat pada 2 (dua) tahun terakhir.
Pengelolaan Human Capital
Dalam menjaga keberlangsungan bisnis, Human Capital berperan penting pada proses eksekusi strategi dan pencapaian target perusahaan. Oleh karena itu, BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan kapabilitas pekerja dengan memasukkan faktor Capabilities dan Culture sebagai bagian dari area transformasi BRI “from Good to Great” di tahun 2018-
2022.
BRI menitikberatkan pengelolaan Human Capital pada tahun 2017 di beberapa area dalam rangka
mempersiapkan milestone menuju “Home to The Best Talent”. Ruang lingkup penyempurnaan kebijakan Human Capital ini meliputi sistem manajemen kinerja (SMK), sistem penerimaan pekerja, tunjangan berbasis kinerja, dan revitalisasi budaya kerja.
Peningkatan Produktivitas yang Diiringi dengan Perbaikan Struktur Kompensasi
Pada tahun 2017, total jumlah pekerja BRI yang terdiri dari pekerja tetap (termasuk pekerja dalam masa percobaan), pekerja trainee dan pekerja kontrak, mencapai 92.858 orang, dengan produktivitas pekerja yang meningkat. Hal ini menunjukkan dari kenaikan laba per pekerja yang tumbuh dari Rp276 juta ditahun 2016 menjadi Rp306 juta ditahun 2017 atau naik 10,9% YoY. Peningkatan ini merupakan hasil dari komitmen BRI dalam meningkatkan produktivitas pekerja dengan memaksimalkan teknologi. Di tahun ini, BRI juga menyusun kembali struktur kompensasi dan benefit pada tenaga pemasar Mikro yang merupakan ujung tombak eksekusi strategi bisnis BRI yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja. Selain itu, perbaikan struktur benefit juga dilakukan dengan meningkatkan program asuransi kesehatan pensiun pekerja.
Penyempurnaan Kebijakan Talent Management
Pada tahun 2017, BRI telah menyempurnakan Kebijakan Talent Management yang dijadikan sebagai dasar fondasi mekanisme Succession Plan. Dengan mekanisme succession plan yang baik, pengisian jabatan kunci (key jobs) diharapkan dapat lebih efektif dan efisien. Penyusunan kebijakan talent management tersebut diikuti dengan penyempurnaan KPI (Key Performance Indicator) dalam sistem BSC (Balanced Scorecard) yang telah diimplementasikan sejak 2016. Perbaikan yang dilakukan meliputi penambahan dan perubahan parameter agar lebih mudah dinilai secara kuantitatif, sehingga penilaian kinerja dapat dilakukan dengan lebih akurat.
Menjaga Integritas dengan Meningkatkan Awareness mengenai Anti-Fraud Dan Anti Gratifikasi
Untuk menanamkan mindset integritas kepada seluruh pekerja, BRI telah menggagas beberapa ketentuan seperti strategi antifraud dan know your employee. BRI berusaha meminimalkan risiko terjadinya fraud dengan cara menumbuhkan budaya antifraud awareness kepada setiap pekerja sesuai dengan Nota Dinas Divisi Kepatuhan nomor B.132.e-DKP/BNP/05/2015 tanggal 11 Mei 2015 tentang Antifraud Awareness. Sosialisasi strategi antifraud telah dilakukan melalui pelaksanaan
kegiatan Forum Peningkatan Kinerja (FPK) selama tahun 2017, yang diatur dalam Surat Divisi KHC No. B.61.e-KPS/HBI/02/2017 tanggal 21 Februari 2017 tentang, pedoman pelaksanaan FPK.
BRI juga memanfaatkan channel Digital Office untuk mengkampanyekan komitmen manajemen dalam menindak tegas setiap bentuk fraud (zero tolerance).
Kampanye yang dilakukan berupa ajakan kepada Seluruh Pekerja BRI untuk menjadi whistleblower; larangan pemberian dan/atau penerimaan gratifikasi dalam bentuk apapun bagi seluruh pekerja; serta informasi layanan pelaporan Unit Pengendalian Gratifikasi BRI (UPG BRI).
Pengelolaan Teknologi Informasi
Tidak dapat dipungkiri bahwa interaksi nasabah dengan industri perbankan akan berubah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan gaya hidup. Oleh karena itu, pengelolaan dan tata kelola teknologi menjadi aspek yang semakin penting dalam industri perbankan.
Pengembangan Bisnis Digital Banking
Melalui perubahan susunan Direksi di tahun 2017, BRI menambahkan organisasi baru yang membidangi Digital Banking untuk menjawab tantangan pertumbuhan bisnis di era digital sebagai trend baru di industri keuangan.
Kehadiran fintech dipandang akan melengkapi pengembangan bisnis digital banking ini. Kondisi tersebut menjadi acuan dalam menetapkan 6 pilar pengembangan digital banking, yakni
- New Way of Working
- Fintech Partnership
- Mobile First Strategy
- Open API
- ChatBot
- Innovation Ecosystem.
Pada tahun pertama bisnis digital banking, BRI masih fokus pada rekrutmen talents serta penyusunan strategi jangka panjang. Namun demikian, BRI juga menyelesaikan beberapa pengembangan bisnis proses, produk maupun layanan dalam pipeline, antara lain:
New Internet Banking
New Internet Banking merupakan versi baru dari internet banking saat ini. Pengembangan new internet banking tersebut dilakukan dengan konsep MADP (Mobile Application Development Platform) yang lebih dinamis untuk meningkatkan kepuasan nasabah dan penggunaan internet banking oleh nasabah.
Mendukung Program Financial Inclusion melalui Teknologi
Selain mengembangkan sistem pendukung bisnis, BRI juga mengembangkan sistem pendukung layanan umum maupun program pemerintah, seperti Sistem Pajak Online, Sistem Penyaluran Bantuan Sosial, Sistem SIM Online dan e-Tilang. BRI juga mengembangkan layanan BRILink berbasis internet yang dapat di unduh secara mandiri untuk pengguna Android, dengan harapan
pengembangan layanan laku pandai dapat dilakukan dengan lebih cepat, fleksible dan murah.
Pembaharuan infrastruktur TI
Pada 2017, BRI juga melakukan review proses dan pembaharuan infrastruktur TI untuk meningkatkan kinerja operasional dalam mencapai kepuasan nasabah dan mendukung strategi bisnis Digital Banking. Untuk itu, BRI melakukan beberapa inisiatif pengembangan platform teknologi yang future ready dengan memperhatikan faktor-faktor seperti teknologi yang
terdepan, kemudahan, kenyamanan, sekaligus keamanan informasi.
Tata Kelola Teknologi Informasi
Semakin pesatnya penggunaan teknologi di era digital pada layanan bisnis perbankan turut meningkatkan tingkat risiko operasional, sehingga diperlukan tata kelola dan manajemen risiko yang efektif. Kebijakan tata kelola IT tertuang dalam Surat Keputusan Direksi BRI No: S.874-DIR/PPT/10/2017 tentang Kebijakan Tata Kelola dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi BRI, yang digunakan sebagai pedoman dan kontrol bagi seluruh Satuan Kerja Teknologi Informasi untuk melaksanakan penatakelolaan dan pengendalian risiko penggunaan IT di BRI.
Perkembangan Tata Kelola Perusahaan
Sebagai perusahaan terbuka, BRI wajib menerapkan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) pada setiap kegiatan usaha. Untuk itu, BRI terus berupaya meningkatkan kualitas penerapan GCG pada disetiap lini bisnis. BRI juga telah melakukan assessment sesuai dengan ketentuan OJK dan meyakini bahwa disiplin atas penerapan GCG merupakan fondasi utama dalam membangun kinerja bisnis yang berkelanjutan.
Sepanjang 2017, BRI telah menerapkan tata kelola perusahaan sesuai dengan ketentuan yang diatur pada POJK No. 55/POJK.03/2016 tanggal 7 Desember 2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum, dan SEOJK No. 13/SEOJK.03/2017 tanggal 17 Maret 2017 tentang Penerapan tata Kelola Bagi Bank Umum.
Hasil penilaian self assessment GCG BRI pada semester I 2017 adalah Peringkat 2 yang mencerminkan bahwa BRI telah menerapkan GCG dan telah memenuhi semua prinsip-prinsip Tata Kelola. Komitmen BRI dalam menerapkan GCG diwujudkan dalam:
- Visi dan Misi yang menggambarkan tujuan usaha masa mendatang dan cara pencapaiannya.
- Nilai-nilai perusahaan dan corporate culture yang sesuai dengan Visi, Misi serta perkembangan dan tantangan dunia usaha.
- Kode Etik sebagai pedoman tentang etika usaha, etika bekerja dan tata perilaku insan BRI,
termasuk interaksi dengan pemangku kepentingan (stakeholder). - Pedoman Kerja Direksi dan Dewan Komisaris sebagai acuan dalam pengelolaan dan pengawasan jalannya perusahaan.
- Perjanjian Kerja Bersama sebagai hasil perundingan dan kesepakatan antara BRI dengan serikat pekerja BRI, yang kemudian menjadi pedoman kedua belah pihak dalam melaksanakan hubungan kerja dan sebagai rujukan utama dalam hal terjadi perselisihan hubungan kerja.
- Kebijakan pengendalian gratifikasi, serta dibentuknya unit pengendali gratifikasi.
- Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sebagai komitmen BRI terkait tanggung jawab sosial perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi BRI sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.
Whistleblowing System
Pada 2017, BRI menerbitkan kebijakan internal yang baru untuk mendukung Tata Kelola melalui Surat Edaran Direksi BRI NOSE:S.27-DIR/DKP/12/2016 tentang Whistleblowing System PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Surat Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi BRI No:03-KOM/BRI/03/2017 dan Nokep:S.11-DIR/DKP/03/2017 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Dalam rangka menerapkan program pengendalian gratifikasi, BRI bekerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai bentuk dukungan untuk membangun nilai-nilai GCG dan menanamkan value integrity kepada seluruh Insan BRI. Pengendalian Gratifikasi dilakukan oleh Unit Pengendalian Gratifikasi BRI (UPG BRI) yang dibentuk pada Juli 2017. UPG BRI bertanggungjawab untuk menerima, memproses dan melaporkan Laporan Gratifikasi pekerja BRI ke KPK serta
melakukan internalisasi budaya anti korupsi dan anti gratifikasi di lingkungan BRI.
Pada tahun 2017, BRI memperoleh penghargaan Top 50 The Biggest Market Capitalization PLCs in Indonesia & The Best Overall Asean CG Scorecard dalam The 9th IICD Corporate Governance Award 2017 atas komitmen terhadap penerapan dan pengembangan GCG. BRI juga mendapatkan penghargaan Indonesia Most Trusted Company 2017 dalam Corporate Governance Perception
Index Award 2017.Penghargaan-penghargaan tersebut memperkokoh reputasi BRI sebagai entitas perbankan yang sehat.
Implementasi Tata Kelola Terintegrasi
BRI memiliki Komite Tata Kelola Terintegrasi di level Dewan Komisaris yang beranggotakan Dewan Komisaris BRI, Dewan Komisaris BRI Agro, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas BRI Syariah, Dewan Komisaris BRI Life dan Dewan Komisaris BRI Finance. Di bawah komite tersebut, implementasi tata kelola terintegrasi dimonitor langsung oleh Direktur Kepatuhan melalui evaluasi Satuan Kerja Kepatuhan Terintegrasi, Satuan Kerja Manajemen Risiko Terintegrasi dan Satuan Audit Intern Terintegrasi.
Penilaian Kinerja Komite Dibawah Direksi
Sejalan dengan praktik GCG, pelaksanaan tugas direksi dibantu oleh komite-komite sesuai dengan ketentuan OJK. Pembentukan komite ini disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan bisnis. Pada Tahun 2017, BRI memiliki tambahan komite baru dibawah Direksi yaitu Komite Pengadaan Barang dan Jasa. Komite ini memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan evaluasi dan memberi keputusan atas permohonan pelaksanaan dan hasil dari suatu pengadaan dengan nilai tertentu.
Direksi menilai, sepanjang 2017, komite-komite tersebut telah menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam menjalankan bisnis, BRI senantiasa memiliki komitmen untuk peduli pada lingkungan sekitar. Selama 2017, program BRI Peduli telah menyalurkan dana CSR sebesar Rp150,35 miliar, meningkat 13,3% dibandingkan Rp132,71 miliar pada 2016. Pelaksanaan program CSR antara lain ditujukan kepada sektor pendidikan, kesehatan, pelestarian alam, peningkatan sarana umum, peningkatan sarana dan kegiatan ibadah, bencana alam, dan bantuan sosial dalam rangka pengentasan
kemiskinan.
Perubahan Komposisi Direksi dan Komisaris
Perubahan komposisi Direksi di tahun 2017 terjadi pada RUPS Tahunan (RUPST) di tanggal 15 Maret 2017 dan RUPS Luar Biasa (RUPSLB) di tanggal 18 Oktober 2017. RUPST telah menyetujui perubahan susunan pengurus Perseroan untuk posisi Komisaris Utama, Komisaris Independen, Direktur Utama dan Direktur Operasional. RUPSLB menyetujui perubahan Komisaris, penghapusan posisi Wakil Direktur Utama, perubahan Direktur Konsumer dan perubahan Direktur Human Capital.
Posisi Direktur Utama yang di tempati oleh Sdr. Asmawi Syam digantikan oleh saya sendiri, Suprajarto. Kemudian, Sdr. Zulhelfi Abidin sebagai Direktur Operasional digantikan oleh Sdr. Indra Utoyo yang selanjutnya menjadi Direktur Digital Banking dan Teknologi Informasi.
Pada jajaran Dewan Komisaris, Rapat telah menyetujui perubahan untuk posisi Komisaris utama yang awalnya dipegang oleh Sdr. Mustafa Abubakar, digantikan oleh Sdr. Andrinof A. Chaniago. Selanjutnya pada posisi Komisaris Independen, Sdr. Ahmad Fuad digantikan oleh Sdr. Nicolaus Teguh Budi Harjanto.
Perubahan susunan Direksi pada RUPSLB memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat Sdr. Sunarso dari posisi Wakil Direktur Utama kemudian menghapuskan posisi tersebut dari susunan kepengurusan. RUPSLB ini juga mengangkat Sdri. Handayani sebagai Direktur Konsumer menggantikan Sdr. Randi Anto, dan menunjuk Sdri. R. Sophia Alizsa sebagai Direktur Human Capital. Selanjutnya, RUPSLB menunjuk Sdri. Rofikoh Rokhim sebagai Komisaris menggantikan posisi Sdr. Adhyaksa Dault.
Apresiasi
Atas nama Direksi, saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pekerja dan keluarga BRI yang telah bekerja keras dan mampu menjaga kepercayaan yang diberikan, berkomitmen dan menunjukkan kerjasama yang harmonis sehingga BRI mampu meraih kinerja yang baik di tahun 2017.
Kepada Dewan Komisaris, kami sampaikan ucapan terima kasih atas arahan dan nasehat yang diberikan. Penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada nasabah, mitra usaha dan pemegang saham, maupun segenap pemangku kepentingan lainnya. Kedepan, BRI akan terus berupaya untuk menunjukkan kinerja yang sebaik-baiknya dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan. BRI akan terus melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia dan bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Jakarta, 26 Februari 2018
Atas Nama Direksi
Suprajarto
Direktur Utama