[supsystic-tables id=7]
Solvabilitas dan Kolektabilitas
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Pada tahun 2017 BCA terus memperkokoh posisi permodalan yang tercermin dalam rasio kecukupan modal/kewajiban penyediaan modal minimum (Capital Adequacy Ratio – CAR)
yang tercatat sebesar 23,1%, meningkat 120 basis point dari 21,9% pada tahun 2016. Rasio CAR tersebut di atas persyaratan minimum sesuai profil risiko yang ditetapkan oleh regulator. Secara konsolidasi, rasio CAR tercatat 23,6%, meningkat 140 basis point dari 22,2% pada tahun sebelumnya. Memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan pada POJK 26/POJK.03/2015, pada level konglomerasi, BCA dan entitas anak memiliki modal minimum terintegrasi (rasio kewajiban penyediaan modal minimum terintegrasi) yang memadai sebesar 236,7%, diatas persyaratan minimum yang ditentukan sebesar 100% dari total modal minimum konglomerasi keuangan.
Modal inti Bank (tidak konsolidasi) tumbuh 16,3% mencapai Rp 122,7 triliun atau berkontribusi 95,9% terhadap total modal BCA pada tahun 2017. Sementara itu, modal pelengkap meningkat 12,6% menjadi Rp 5,3 triliun atau berkontribusi sebesar 4,1% terhadap total modal. Sedangkan
secara konsolidasi, modal inti tercatat sebesar Rp 129,2 triliun pada tahun 2017 dan berkontribusi sebesar 96,0% terhadap total modal BCA dan modal pelengkap tercatat sebesar Rp 5,4 triliun atau 4,0% dari total modal BCA.
Rasio Kredit Bermasalah (NPL)
Pada tahun 2017 rasio NPL bruto BCA tercatat sebesar 1,5%, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 1,3%. Rasio NPL tersebut berada dibawah rata-rata industri perbankan yang berada pada level 2,6%. Untuk mengantisipasi dampak keuangan dari kredit bermasalah, BCA telah membentuk cadangan yang memadai dengan rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 190,7% pada tahun 2017.
Rentabilitas
Tingkat Pengembalian atas Aset (ROA)
Pada tahun 2017 rasio ROA relatif stabil sebesar 3,9%. Rasio ROA BCA tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata sektor perbankan yang sebesar 2,5%.
Tingkat Pengembalian atas Ekuitas (ROE)
Pada tahun 2017 rasio ROE tercatat sebesar 19,2%, lebih rendah dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 20,5%. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan BCA untuk menjaga soliditas posisi permodalan Bank dengan mengakumulasi laba yang ditahan guna mendukung pengembangan bisnis jangka panjang dan mempersiapkan penerapan regulasi Basel III di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir BCA menyesuaikan dividend payout ratio untuk memperkokoh permodalan. Dividend payout ratio berada pada kisaran 20% – 25% dalam 6 tahun terakhir, dimana sebelumnya berada pada kisaran 30% – 50%.
Marjin Bunga Bersih (NIM)
Sejalan dengan tren penurunan suku bunga pada tahun 2017 rasio NIM BCA turun 60 basis point menjadi 6,2% dari 6,8% pada tahun 2016. Rasio NIM terlihat telah berada pada kisaran yang rendah, dan tekanan terhadap penurunan NIM telah mereda di semester II 2017. Hal ini didukung oleh langkah proaktif BCA dalam mengelola biaya dana (cost of funds), pertumbuhan volume kredit maupun optimalisasi yield atas instrumen-instrumen secondary reserves
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan (BOPO)
Rasio BOPO tercatat sebesar 58,6% pada tahun 2017, lebih rendah dibandingkan 60,4% pada tahun sebelumnya. Dengan dukungan kualitas aset yang terjaga, BCA membukukan beban pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai yang lebih rendah pada tahun 2017, sehingga turut menurunkan rasio BOPO. BCA juga berupaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pendapatan operasional dan beban operasional, namun tetap melakukan investasi yang terukur dalam memperkuat bisnis perbankan transaksi. Oleh karena itu, cost efficiency ratio tetap terjaga di bawah level 50% yaitu sebesar 44,4% pada tahun 2017, dibandingkan 43,9% pada tahun 2016.
Likuiditas
Secondary Reserves
Selama tahun 2017 BCA menjaga posisi likuiditas yang memadai dengan CASA tetap menjadi sumber pendanaan utama. Secondary reserves meningkat 5,5% dan tercatat sebesar Rp 63,6 triliun pada tahun 2017, mencerminkan 10,9% dari total dana pihak ketiga. BCA meningkatkan penempatan dana pada instrumen secondary reserves yang memiliki imbal hasil lebih inggi, seperti Sertifikat Bank Indonesia. Hal ini merupakan respon terhadap tren penurunan suku bunga di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Penempatan dana pada secondary reserves tetap diprioritaskan pada instrumen-instrumen yang bebas risiko atau berisiko rendah namun dengan imbal hasil yang memadai.
Rasio Kredit terhadap Pendanaan (Loan to Funding Ratio – LFR)
Pada tahun 2017 BCA mencatat rasio LFR pada level 78,2%, lebih tinggi dibandingkan 77,1% pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan portofolio kredit yang dibukukan Bank disepanjang tahun 2017. Rasio LFR memperhitungkan juga surat berharga yang diterbitkan suatu bank. Mengingat BCA secara perusahaan induk tidak memiliki surat berharga yang diterbitkan, maka rasio LFR BCA sama dengan rasio LDR. BCA senantiasa menjaga keseimbangan antara posisi likuiditas dengan pertumbuhan kredit.