Bagaimana Cara Mengevaluasi Neraca Perusahaan

Bagi para investor saham, neraca adalah sumber informasi penting untuk mempertimbangkan investasi di sebuah perusahaan karena mencerminkan kepemilikan dan kewajiban perusahaan. Kekuatan neraca perusahaan dapat dievaluasi dengan tiga kategori pengukuran kualitas investasi, yaitu kecukupan modal kerja, kinerja aset dan struktur modal.

Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle/CCC)
Siklus konversi kas adalah indikator kunci posisi kecukupan modal kerja perusahaan. CCC juga penting sebagai pengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dua aset pentingnya – piutang dan inventori – secara efisien.

Dalam perhitungan hari, CCC mencerminkan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan hasil penjualan dan waktu yang diperlukan untuk  mengumpulkan kembali inventori. Semakin singkat waktu yang dibutuhkan, semakin baik. Dana tunai adalah raja, dan manajer yang cerdas mengetahui bahwa modal kerja yang bergerak cepat lebih menguntungkan ketimbang menyimpan modal kerja tak produktif dalam aset.

     CCC = DIO + DSO – DPO

DIO  = Hari edar inventori (Days Inventory Outstanding)
DSO = Hari edar penjualan (Days Sales Outstanding)
DPO = Hari edar utang (Days Payable Outstanding)

Tak ada satuan ukuran optimal untuk CCC, yang juga dapat dianggap sebagai siklus operasi perusahaan. Sebagai patokan, siklus kas sebuah perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh tipe produk atau jasa yang dihasilkan dan karakteristik industri.

Investor yang mencari kualitas investasi di area neraca perusahaan perlu melacak CCC selama beberapa periode waktu (misalnya, 5 hingga 10 tahun), dan membandingkan kinerja CCC perusahaan tersebut dengan kompetitornya. Konsistensi dan/atau penurunan siklus operasi adalah sinyal positif. Sebaliknya, waktu pengumpulan yang tidak pasti dan/atau kenaikan inventori yang ada di tangan pada umumnya bukan indikator positif kualitas investasi.

Rasio Perputaran Aset Tetap
Properti, pabrik dan peralatannya (property, plant and equipment/PP&E), atau aset tetap (fixed asset) adalah angka “besar” dalam neraca perusahaan. Pembaca perlu mencatat bahwa terminologi fixed asset adalah kependekan dari PP&E yang dibuat oleh profesional keuangan, meskipun literatur investasi terkadang merujuk kepada total aset tak lancar sebagai aset tetap.

Investasi perusahaan pada aset tetap, dengan derajat yang lebih tinggi, bergantung pada jalur bisnis perusahaan. Beberapa jenis usaha bisa lebih kapital intensif ketimbang lainnya. Produsen sumber daya alam dan produsen peralatan modal besar memerlukan sejumlah besar investasi aset tetap. Perusahaan jasa dan produsen perangkat lunak komputer relatif membutuhkan aset tetap yang lebih sedikit. Perusahaan manufaktur mainstream pada umumnya mempunyai 30-40 persen aset berupa PP&E. Oleh karena itu, rasio perputaran aset tetap akan bervariasi di berbagai jenis industri.

Rasio perputaran aset dihitungkan dengan rumus :

Rasio Perputaran Aset Tetap =      Penjualan Neto
Rata-rata Aset Tetap

Rata-rata perputaran aset tetap dapat dihitung dengan membagi PP&E akhir tahun dari dua periode fiskal (misal, PP&E tahun 2004 dan 2005 dibagi dua).

Indikator perputaran rasio aset ini, diperhatikan dari waktu ke waktu dan dibandingkan dengan pesaing, memberi gambaran kepada investor seberapa efektif kemampuan manajemen perusahaan dalam menggunakan aset yangbesar dan penting ini. Rasio ini juga merupakan ukuran kasar produktivitas aset tetap perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi angka perputaran PP&E, semakin baik. Tentu saja, investor perlu melihat konsistensi atau kenaikan perputaran aset tetap sebagai kualitas investasi neraca yang positif.

Rasio Hasil dari Aset (Return on Assets Ratio)
Return on assets 
(ROA) dianggap sebagai rasio profitabilitas – yang memperlihatkan seberapa banyak yang dapat dihasilkan perusahaan dari total asetnya. Walaupun demikian, akan bermanfaat untuk memandang rasio ROA sebagai indikator kinerja aset.

Rasio ROA dihitung dengan rumus:

            ROA =        Net Income       ­­­­
Rata-rata Total Aset

Rata-rata total aset dapat dihitung dengan membagi total aset pada akhir tahun dari dua periode fiskal (misal, PP&E 2004 dan 2005 dibagi 2).

Rasio ROA ditampilkan sebagai sebuah persentase hasil dengan membandingkan pendapatan neto (net income) – inti dari neraca laba/rugi – terhadap rata-rata total aset. Suatu persentase hasil yang tinggi berarti aset terkelola dengan baik. Sekali lagi, rasio ROA adalah perangkat terbaik untuk melakukan analisa komparatif kinerja historis perusahaan itu dengan perusahaa lain di jalur bisnis yang serupa.

Pengaruh Aset tak Berwujud (Intangible Assets)
Banyak aset non-fisik dianggap sebagai aset tak berwujud, yang pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi tiga tipe berbeda: kekayaan intelektual (paten, copyright, trademark, brand names, dan sebagainya), beban tangguhan (biaya terkapitalisasi/capitalized expenses) dan pembelian goodwill (biaya dari investasi yang melebihi nilai buku).

Sayangnya, sedikit sekali keseragaman presentasi aset tak berwujud dalam neraca atau terminologi yang digunakan dalam keterangan akun. Seringkali aset tak berwujud terbenam dalam aset lain dan hanya diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.

Nilai uang yang dilibatkan dalam kekayaan intelektual dan beban tangguhan biasanya tidak bersifat material dan, dalam banyak kasus, tidak banyak ditampilkan dalam analisis yang lebih teliti. Kendati demikian, investor dihimbau untuk memperhatikan dengan lebih berhati-hati terhadap jumlah pembelian goodwill dalam neraca perusahaan, karena beberapa profesional investasi merasa nyaman dengan pembelian goodwill berjumlah besar.

“Kecantikan” yang diperoleh hari ini kadangkala dapat berubah menjadi “buas” di kemudian hari. Hanya waktu yang akan menunjukkan jika harga akuisisi yang dibayarkan untuk memperoleh perusahaan benar-benar nilai yang fair. Hasil dari perolehan perusahaan akan direalisasikan hanya jika, di masa depan, dapat mengubah akuisisi menjadi penghasilan yang positif.

Analisis konservatif akan mengurangi jumlah pembelian goodwill dari ekuitas pemilik saham menjadi kekayaan bersih yang nyata bagi perusahaan. Karena tak ada alat ukur analitik yang tepat untuk menilai dampak pengurangan tersebut, maka cobalah untuk menggunakan akal sehat.

Jika pengurangan dari pembelian goodwill mempunyai dampak material yang negatif pada posisi ekuitas perusahaan, maka sebaiknya hal ini menjadi perhatian investor. Misalnya, neraca yang di-leverage secara moderat akan terlihat aneh jika kewajiban utangnya secara serius melebihi posisi equitas berwujudnya.

Perusahaan yang mengambil alih perusahaan lain, pembelian goodwill merupakan kenyataan dalam akuntansi keuangan. Namun demikian, investor perlu hati-hati jika mendapatkan pembeliangoodwill yang relatif besar dalam neraca. Dampak dari akun ini terhadap kualitas investasi dalam neraca perlu dipertimbangkan dalam hal ukuran komparatifnya terhadap ekuitas pemilik saham dan tingkat kesuksesan perusahaan dalam akuisisi tersebut.

Konklusi
Aset mewakili nilai-nilai materi  yang dimiliki perusahaan, sesuatu yang dimiliki atau kewajiban. Dari berbagai tipe materi yang dimiliki perusahaan: tagihan, inventori, PP&E dan aset tak berwujud adalah empat akun terbesar dari sisi aset di neraca perusahaan. Sebagai konsekuensinya, neraca yang kuat dibangun dari pengelolaan yang efisien pada tipe aset utama ini dan portofolio yang kuat dibangun dengan mengetahui bagaimana cara membaca dan menganalisa laporan keuangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *